Perjanjian Renville terjadi pasca adanya Agresi militer Belanda I tangga 21 Juli 1947 sampai 5 Agustus 1947 atau terkenal dengan Operatie Product.
Agresi militer tersebut merupakan pengingkaran Belanda terhadap hasil Perundingan Linggarjati.
Belanda menduduki tempat-tempat penting yang kaya akan sumber daya alam.
Serangan ini kemudian menimbulkan keceman keras dari dunia internasional.
Salah satunya adalah PBB yang kemudian membentuk Committee of Good Offices for Indonesia yang terkenal dengan sebutan Komisi Tiga Negara (KTN) terdiri dari Amerika Serikat, Australia dan Belgia.
Atas usulan KTN pada tanggal 8 Desember 1947 dilaksanakan perundingan antara Indonesia dan Belanda.
Kembali permasalah terjadi, Belanda menginginkan tempat diadakannya perjanjian di wilayah yang diduduki oleh Belanda, sebaliknya pula Indonesia menuntut agar perundingan dilaksanakan di wilayah Indonesia.
Atas usul Amerika Serikat, kemudian perundingan dilakukan di atas kapal USS Renville milik Amerika Serikat yang berlabuh di Tanjung Priok.
Perundingan Renville terjadi setelah Belanda melakukan Agresi Militer Belanda I.
Atas prakarsa dari Komisi Tiga Negara (KTN), maka Indonesia dan Belanda bertemu kembali dalam meja perundingan.
Indonesia dan Belanda kemudian bertemu dalam Perundingann Renville.
Delegasi Indonesia dipimpin oleh perdana menteri Amir Syarifuddin, sedangkan Belanda diwakili oleh Abdulkadir Wijoyoatmojo.
Perundingan Renville menghasilkan kesepakatan sebagai berikut.
1. Wilayah Indonesia semakin sempit dibandingkan dengan wilayah hasil Perundingan Linggarjati 2. Penghentian tembak-menembak. 3. Disetujuinya batas wilayah Indonesia dan wilayah yang dikuasai Belanda 4. Daerah yang terletak pada garis belakang harus dikosongkan oleh para pasukan RI 5. Belanda bebas membentuk negara-negara federal di daerah-daerah yang didudukinya dengan melalui plebisit terlebih dahulu.
Dampak atau akibat dari Perjanjian Renville
Karena adanya perjanjian tersebut maka memiliki beberapa dampak buruk juga. Dampaknya akan dibahas sebagai berikut:
• Jatuhnya kabinet Amir Syarifuddin yang dianggap menjual negara kepada Belanda • Wilayah Indonesia semakin sempit • Belanda mendirikan berbagai negara boneka seperti negara Jawa Timur dan Negara Madura • Tentara Indonesia harus ditarik menuju wilayah yang dikuasai oleh Indonesia. • Belanda melakukan blokade ekonomi
Kekecewaan terhadap perjanjian Renville mengakibatkan terjadi beberapa pemberontakan.
Pemberontakan yang berhubungan dengan Perjanjian Renville adalah Pemberontakan PKI Madiun dan Pemberontakan DI/TII Jawa Barat.
Isi perjanjian Renville
Dalam kesepatan tersebut telah disepakati beberapa poin yang termasuk dalam isi perjanjian Renville.
1. Wilayah Republik Indonesia yang diakui Belanda mencakup Jawa Tengah, Yogyakarta dan Sumatera. 2. Disetujuinya batas wilayah antara Republik Indonesia dan Belanda 3. Pasukan Tentara Nasional Indonesia harus ditarik mundur dari wilayah-wilayah yang tidak diakui. 4. Republik Indonesia akan menjadi bab dari Republik Indonesia Serikat. 5. RIS mempunyai kedudukan yang sejajar dengan Uni Indonesia Belanda. 6. Akan diadakan pemilihan umum dalam kurun waktu 6 hingga 1 tahun mendatang. 7. Sebelum RIS terbentuk, Belanda sanggup menyerahkan kekuasaannya ke pemerintah federal.
Tokoh perjanjian Renville
Ada beberapa tokoh yang hadir pada ketika perjanjian berlangsung, antara lain :
• Pihak Belanda : Delegasi Pemerintah Belanda diwakili oleh ketua berjulukan R. Abdul Kadir Wijoyoatmojo, Dr.P.J. Koest, Mr. Dr. Chr. Soumokil, dan Mr Van vredenburg.
• Pihak Indonesia : Delegasi Republik Indonesia diwakili oleh ketua berjulukan Amir Syarifudin, Haji Agus Salim, Dr. Coatik Len, Dr. Leimena, Nasrun dan Ali Sastroamijoyo.
• Pihak PBB : Pihak perantara diwakili oleh ketua berjulukan Frank Graham, Richard Kirby dan P. Van Zeeland.
Itulah beberapa pembahasan tentang perjanjian Renville. Diharapkan materi ini bisa membantu anda untuk menambah pengetahuan tentang sejarah.
Keyword: Perjanjian Renville
Originally posted 2021-01-14 15:47:41.